Terjadinya masalah tersebut dapat disebabkan oleh para pedagang yang baik disengaja maupun tidak disengaja mengabaikan kaidah-kaidah keamanan pangan. Selain itu, ketidaktahuan konsumen juga menjadi pendukung rentannya keamanan pangan pada PJAS. Masalah ini menjadi sangat penting karena konsumsi PJAS yang tidak aman secara terus menerus akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan konsumennya, dalam hal ini ialah anak sekolah.
Dampak buruk yang bisa terjadi pada anak karena PJAS yang tidak aman tergantung dari beberapa faktor, yaitu faktor banyaknya jajanan yang dikonsumsi, faktor penanggulangan, dan kondisi tubuh anak. Bila semakin banyak konsumsi PJAS yang tidak aman dan semakin lama penanggulangan diberikan, serta semakin lemah kekebalan dan kondisi tubuh anak, maka semakin serius dampak buruk yang bisa dialami. Perlu diketahui bahwa anak lebih rentan terhadap keracunan pangan dibandingkan orang dewasa.
Lalu bagaimana cara yang tepat untuk mewujudkan kondisi PJAS yang aman? Untuk mewujudkan dan menjamin keamanan pangan PJAS perlu dukungan dan tindakan dari banyak pihak meliputi kepala sekolah, guru, peserta didik, penjaja/penjual makanan, dan orang tua. Seluruh pihak ini harus menjalankan perannya masing-masing dan saling mendukung satu dengan yang lain dalam menjamin keamanan pangan di sekolah.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak buruk PJAS tidak aman, yaitu dengan dibukanya kantin sehat di sekolah. Dengan adanya kantin sehat maka seluruh proses pengolahan, dari penyiapan bahan hingga pemasakannya dapat dikontrol oleh pihak sekolah. Kemudian kegiatan pengenalan dan penyuluhan mengenai PJAS yang aman juga perlu dilakukan agar seluruh warga sekolah selalu waspada terhadap kondisi makanan yang akan dikonsumsi. Selain itu, orangtua juga dapat mengambil andil dengan menyediakan bekal sehingga anak tidak perlu jajan di sekolah.
Referensi:
FAO (Food and Agricultural Organization). 2008. The State of Food and Agriculture. http://www.fao.org/docrep/011/i0100e /i0100e00.htm